Rabu, 21 Oktober 2009
Peranan Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah
Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus
memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal
atau pergaulan. Sugono (1997) membagi ragam bahasa atas dasar media/sarana, penutur,
dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan
tulis. Atas dasar penuturnya, terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan
takresmi. Dari segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga,
jurnalistik, dan sastra.
Ragam bahasa karya tulis ilmiah/akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang
penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti
kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna karena karya
tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa karya tulis ilmiah
sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang sifatnya kontekstual seperti ragam
bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pem-
baca yang tidak berada dalam situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau konseptual yang
sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan
hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa
keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang
memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu
gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.
Suharsono (2001) menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya
tulis ilmiah berupa penelitian yaitu:
•Bermakna isinya
• Jelas uraiannya
•Berkesatuan yang bulat
• Singkat dan padat
•Memenuhi kaidah kebahasaan
• Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
• Komunikatif secara ilmiah
Aspek komunikatif (keefektifan) hendaknya dicapai pada tingkat kecanggihan yang
diharapkan dalam komunikasi ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah tidak selayaknya
membatasi diri untuk menggunakan bahasa (struktur kalimat dan istilah) popular
khususnya untuk komunikasi antarilmuwan. Karena makna simbol bahasa harus diarti-
kan atas dasar kaidah baku, karya ilmiah tidak harus mengikuti apa yang nyatanya
digunakan atau popular dengan mengorbankan makna yang seharusnya. Bahasa keil-
muan tidak selayaknya mengikuti kesalahkaprahan.
(Sumber : Blog Suwardjono)
inparametric.com/bhinablog/download/Bahasa1W.pdf (Karya Ilmiah)
Sabtu, 10 Oktober 2009
Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi dari Republik
Banyak juga kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa asing, sebagai contoh seperti kata “aktivitas” yang diambil dari kata “activity”, lalu “kualitas” yang diambil dari kata “quality”, dan masih banyak lainnya. Bisa dibilang perkembangan bahasa di Indonesia cukup pesat, karena kalau kita jumpai kamus-kamus bahasa Indonesia di berbagai toko buku, jumlah kosakatanya dan isinya bisa berbeda-beda, dan biasanya kalau semakin baru terbitan buku tersebut, maka jumlah kosakatanya semakin banyak, dibandingkan dengan terbitan tahun-tahun sebelumnya.